Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tetang Mengembangnya Alam Semesta

Hingga awal abad ke-20, dunia ilmu pengetahuan meyakini adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".

Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, kata Harun Yahya, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. 

''Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang,'' ujar Harun Yahya.

Sesungguhnya, fenomena mengembangnya alam semesta telah diungkapkan dalam Alquran yang diturunkan 14 abad silam, di saat ilmu astronomi masih terbelakang.

Mari simak firman Allah SWT dalam surah Az-Zariyat [51] ayat 47: "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." 

Menurut Harun Yahya, kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Alquran dengan makna luar angkasa dan alam semesta. 

''Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Alquran dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini,'' paparnya.

Maha Benar Allah dengan Segala FirmanNya

Kuliah Sambil Kerja, Apa Untung Ruginya?


SERING kali sebagai mahasiswa rantau, kamu merasa kurang dengan uang bulanan yang dikirimkan orangtua. Ketika tagihan mulai menumpuk, atau kamu sadar bahwa kamu tidak dapat belanja secara royal pada hal-hal yang kamu inginkan, apa hal pertama yang terlintas di pikiranmu?




Cari Kerja

Sebagai mahasiswa, kamu mungkin ingin atau perlu bekerja. Apa pun motifmu, uang yang kamu cari mungkin memang akan membuat hidupmu sedikit lebih mudah.

Collegecures, Selasa (3/4/2012), menyebutkan, ada dua jenis mahasiswa yang bekerja. Pertama, mahasiswa yang bekerja untuk membayar tagihan mereka, dan kedua, para pekerja yang kuliah. 

Mahasiswa yang bekerja biasanya hanya menjadi pekerja paruh waktu, sehingga terkadang masih dapat menyelesaikan studinya tepat waktu. Tetapi, para pegawai yang kuliah, biasanya akan kesulitan memperoleh gelar dalam waktu studi normal.

Kamu bisa mendapatkan banyak pengalaman kerja dengan menjadi mahasiswa yang bekerja paruh waktu. Salah satunya adalah melatihmu untuk menyeimbangkan waktu antara kegiatan akademis dan profesional.

Mahasiswa dengan kerja penuh (full time)

Mahasiswa jenis ini cenderung memiliki waktu yang lebih sulit di kampus karena mereka bekerja untuk mencari nafkah. Para mahasiswa yang masuk dalam kelompok ini juga harus bekerja keras untuk mengejar ketinggalan mereka dalam pelajaran.

Risiko lainnya adalah, para mahasiswa ini lebih mungkin putus sekolah karena stres. Mereka mungkin kesulitan membagi waktu antara berkonsentrasi mengerjakan tugas-tugas kuliah, atau justru terjebak dalam 'kenikmatan' menghasilkan uang sendiri.

Pertimbangan-pertimbangan

Jika kamu berencana untuk bekerja sambil kuliah, berikut adalah beberapa faktor yang harus kamu pertimbangkan.

- Apakah saya dapat menyeimbangkan kewajiban akademis, pekerjaan, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya?

- Apakah saya memiliki keterampilan manajemen waktu yang baik?

- Apa kebiasaan belajar saya?

- Bagaimana terorganisasinya saya?

Sangatlah penting untuk menimbang pro dan kontra sebelum memilih bekerja sambil sekolah. Kamu juga harus memahami pengorbanan yang harus kamu buat, dan berhati-hatilah agar tidak membuat jadwal kuliah bersamaan dengan waktu kerja.

Satu hal yang juga perlu kamu jadwalkan adalah, waktu relaksasi. Sebab, faktanya lembur dan bekerja terlalu keras akan membuatmu terlalu stres atau sakit.

Google Bersalah Dengan Iklan Menipu

Mesin pencari raksasa di dunia maya, Google, dinyatakan bersalah karena membiarkan pelanggannya memasang iklan menyesatkan. Kasus ini bergulir di pengadilan yang setelah pengajuan banding oleh sebuah lembaga pengawas. Demikian dilansir Sydney Morning Herald, Selasa (3/4/2012).

Lembaga pengawasan, The Australian Competition and Consumer Commission (ACCC), kalah di pengadilan federal melawan Google pada 22 September 2011, dengan tuduhan bahwa Google terlibat dalam sejumlah kegiatan seperti menyesatkan atau menipu publik.

Lembaga ini kemudian mengambil langkah hukum melawan Google pada November 2007 dan kemudian mengajukan banding pada 12 Oktober 2011.

Dalam sidang yang berlangsung di pengadilan federal di Sydney, Hakim Peter Jacobson, kepala pengadilan Patrick Anthony Keane, serta Hakim Bruce Thomas Lander, membatalkan keputusan di pengadilan tingkat pertama dan memberikan jaminan ke ACCC untuk melakukan banding.

Satu dari empat kasus yang diajukan, terungkap antara Maret 2006 dan Juli 2007 memuat iklan di mesin pencari khusus untuk situs CarSales namun ternyata malah yang muncul adalah Honda Australia.

Pengadilan juga menemukan iklan menyesatkan yang dimuat di Google dan tiga di antaranya melibatkan Harvey World, Alpha Dog Training, dan Just 4x4 magazine. Para hakim mengatakan seharusnya Google mengimplementasikan program pemenuhan untuk menghentikan hal itu terjadi lagi dan meminta agar Google membayar biaya yang dikeluarkan pihak ACCC.

Seekor Anjing Mengerti Tentang Arti Kesetiaan

Seekor anjing yang terlantar dijalanan melihat seorang yang sedang berjalan lewat dihadapannya lalu anjing tersebut mengikutinya sampai dirumah orang itu. Anjing itu tidak mau berpisah dari orang tersebut sehingga akhirnya anjing itu ditampung dan dirawat dirumahnya dengan baik dan tulus.

Setiap pagi ketika orang itu hendak pergi berangkat kerja anjing tersebut selalu ikut mengantarkannya sampai ke stasiun. Demikian pula setiap sore anjing tersebut selalu menjemputnya di stasiun yang sama.

Sampai suatu ketika sebagaimana biasa ketika pagi sang anjing mengantarkan sang majikan menuju stasiun dan ternyata sang majikan tersebut setelah sampai di tempat kerjanya meninggal dunia karena ajalnya telah datang. Pada sore harinya seperti biasa sang anjing menjemput sang majikan ke stasiun dan ternyata sang majikan tidak datang karena telah meninggal dunia dan sang anjing tersebut tidak tahu kalau majikannya meninggal dunia di tempat kerjanya. Setelah lama ditunggu dan tidak juga muncul akhirnya anjing itu pulang.

Ceritanya tidak hanya sampai disini saja, karena ternyata setiap sore anjing tersebut selalu menjemput sang majikan di stasiun dan pulang kembali setelah mendapati bahwa majikannya masih belum juga pulang. Anjing tersebut tidak putus asa dan berusaha untuk selalu menjemput majikannya setiap sore di stasiun. Hal ini dilakukan oleh sang anjing sampai SEPULUH TAHUN sebagai bukti kesetiaannya kepada sang majikan yang telah berbuat baik kepadanya sampai akhirnya anjing itupun meninggal dunia di stasiun tersebut ketika menjemput majikannya.

SUBHANALLAH!!! Seekor anjing mengerti tentang arti kesetiaan kepada orang yang pernah berbuat baik kepadanya. Bagaimana dengan kita????

Adalah Manfaat

Bismillahirrahmanirrahim,

Adalah manfaat,

Jikalau sesuatu kita fikirkan terlebih dahulu bahwa ada hal yang berbeda yang orang lain fikirkan untuk menanggapi sesuatu, sehingga bijak kita berkata, bijak kita berperilaku dan bijak untuk tak memaksakan. Bukankah Rasulullah tak pernah berfikir untuk medahulukan diri sendiri. Rasul yang akhlaknya sungguh luar biasa yang patut diteladani. 

Adalah manfaat,

Jikalau kita hanya berpatokan teladan dengan teladan yang pasti yaitu Rasulullah SAW. Sehingga bukan suatu kegalauan jika orang lain berbuat baik, kita sangat ingin menirunya namun keluar dari koridor syar'i-nya. Bukankah baik di hadapan Allah SWT sudah ada garis-garisnya ? Telah tegas batas-batasnya? Dan bukankah Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu ? Karena syari'at bukanlah untuk ditawar seperti sebuah barang dagangan.

Adalah manfaat,

Jikalau ketenangan berbalut dzikir dan pikir, melihat suatu peristiwa bukan dari kulitnya namun ada hikmah dibaliknya. Hikmah yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang khusyuk dalam mengingat-Nya. Semakin dalam keilmuan semakin dalam kedekatan dengan-Nya semakin berbeda hikmah yang dianugerahkan. Segala sesuatu ada tingkatan dan Allah SWT memiliki tahap-tahap berbeda mencintai hamba-Nya.

Adalah manfaat,

Jikalau kita menyadari setiap orang belum tentu kita ketahui secara keseluruhan, kulit merah buah naga, mungkin putih buahnya. Jangan-jangan setiap diantara orang-orang yang kita lihat adalah orang-orang yang dicintai Allah SWT. Tak salah kan, jikalau kita menyambut setiap orang dengan senyuman ?

Adalah manfaat

Jikalau kita mau menerima, apa yang orang lain katakan seburuk apapun pada kita. Toh, kita bukan malaikat yang tak memiliki dosa? Ataupun hamba yang terjaga dari dosa. Bahkan kita bukan pula golongan di jamin masuk surga. 

Adalah manfaat

Jikalau sesuatu yang rahasia, tetaplah menjadi rahasia, sesuatu yang terpendam tetaplah menjadi terpendam, sampai batas waktu yang memang harus kita ungkap, yang memang harus kita utarakan mana-mana hal yang penting. Karena ada kekuatan penjagaan dari Allah SWT yang luar biasa yang bisa kita ambil hikmahnya. Seperti Ibunda Yukabad yang menjaga untuk tidak mengatakan Nabi Musa adalah anaknya.

Adalah manfaat,

Jikalau kita menyadari setiap shahabat Rasulullah memiliki keunikan tersendiri dalam berdakwah, usah gelisah dan percayalah pada saudara-saudara yang satu panji dengan kita dalam berdakwah, , , cukup satu pegang erat-eratlah kunci itu, kunci mengilmui Dinullah,,,

Adalah manfaat,

Jikalau kita menyadari betapa kekuatan Sang Khalik sungguh luar biasa dasyatnya, yang patut menjadi sebuah tempat bergantung setiap rasa dalam jengkal kehidupan. Bukankah kita akan kembali pula pada-Nya?

Belajarlah, dan belajarlah, sebarkanlah dan sebarkanlah apa yang bisa kamu berikan kepada orang lain yang baik dimata-Nya. Jangan kemudian kita hanya lelah dengan penilaian orang lain. 

Bijaklah dan bijaklah, pada tingkat-tingkat yang ada dalam kehidupan. Karena banyak hal yang kita tidak tahu , luar biasa jika kita tawadhu, dan tak salah jika kita belajar dari orang yang lebih tahu.


Ya Rabb, hamba berlindung dari kejahatan hati hamba ... Jikalaulah hamba bersalah, berikan cinta-Mu dengan sedikit teguran untuk mengembalikan diri ini dalam mengingat-Mu. Sungguh Allah, hamba akan berusaha menggapai cinta-Mu, dan jika suatu saat Engkau telah memberikan hamba sedikit cinta itu, maka cintailah hamba sesuai dengan kadar diri ini, dan tunjukkanlah hamba jalan-jalan menuju cinta-Mu yang lebih tinggi.

Wallahu'alam

Afwan,

BBM Naik, APBN Bobol Alasan Palsunya


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak bobol sebagaimana didengungkan pemerintah sebagai alasan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Menurut pengamat, itu merupakan alasan yang dibuat-buat hanya untuk kepentingan bisnis.
“Pengeluaran Pertamina Rp410,091 triliun dikurangi hasil penjualan Pertamina BBM Kebutuhan Indonesia Rp283,5 triliun. Hasilnya Rp126,591 triliun. Itulah yang harus dibayar pemerintah,” kata pengamat ekonomi, Bernard Lovies di Bekasi, Ahad (25/3/2012).
Namun dari jumlah yang harus dibayar tersebut, pemerintah masih punya pemasukan lain, yaitu hasil penjualan pemerintah ke Pertamina sebesar Rp224,546 triliun. Dengan demikian, lanjutnya, tanpa menaikkan harga BBM atau mengurangi subsidi, pemerintah masih untung Rp97,955.
“Inilah yang tidak pernah disampaikan Pemerintah Indonesia kepada masyarakat. Jadi sebenarnya tidak ada yang kebobolan,” lanjutnya.
Seperti diketahui, biaya LRT (lifting, redefined dan transportation) untuk produksi 63 miliar liter adalah 63 miliar dikalikan Rp566. Yaitu Rp35,658 triliun. Kemudian Lifting 930.000 barel per hari (atau 930.000 x 365 = 339,450 juta barel per tahun).
Sementara hak Indonesia adalah 70%, maka jumlahnya 237,615 Juta Barel per tahun. Belum lagi dengan konsumsi BBM yang dipakai masyarakat Indonesia 63 miliar liter per tahun, atau dibagi dengan 159. Berarti menjadi 396,226 juta barel per tahun.
“Kenapa kita masih ada kekurangan yang harus diimpor untuk konsumsi BBM di Indonesia? Pembelian Pertamina ke pemerintah hanya 158,611 Juta barel. Itu tandanya 158,611 juta barel USD 105 dilipatkan dengan Rp9000,- hasilnya adalah Rp149,887 triliun.
Jika alasannya menyesuaikan dengan harga minyak dunia, banyak negara lain yang menjual BBM dengan harga jauh lebih murah kepada rakyatnya sendiri dibanding Indonesia.

Seminar pendidikan

Selamat dan Sukses 
Seminar pendidikan 
"Membentuk Karakter pelajar yang Visioner ,santun dan kreatif" 

Jakarta Islamic Centre, Jakarta Utara 25 Maret 2012
&


Musyawarah Wilayah Alumni Pelajar Islam Indonesia (PII) 
PII Wilayah Jakarta 



Semoga menghasilkan keputusan yang bermanfaat untuk Ummat, Bangsa dan Negara


Ta'aruf-mu Jangan Salah Langkah

Langit kemerah-merahan yang menyelimuti alam tempat tinggalku mulai merona dengan barisan awan-awannya di medan senja. Aku yang duduk di bawahnya terusik pada iringan kisah masa laluku yang membuat hatiku sering diserang rasa dag dig dug tidak karuan. Traumatik rasanya. Ya… benar, benar-benar traumatik. Bagaimana tidak, cinta memang perkara fitrah namun kali ini cinta itu dibalut dengan kesalahpahaman manusia dalam mengartikan kata ta’aruf.

Beberapa waktu silam ketika aku beranjak dari dunia putih abu-abu, rasanya bebas sudah segala beban yang terus menerpa otak kiriku. Sedikit istirahat dari banyak buku yang menumpuk di meja belajar. Saat itu, mulailah aku melamar di salah satu lembaga kesehatan yang berbasis islamik, tak menunggu lama akhirnya aku diterima sebagai salah satu tenaga medis di sana. Uh… senangnya. Hatiku meronta-ronta gembira. Keseharianku yang sudah terlepas dari kewajiban sebagai pelajar, mulai ku isi celah-celah waktu dengan kegiatanku di dunia maya: membaca artikel islami, kata-kata motivasi, serta menggali wawasan keislamanku sebagai muslimah. Tak sengaja ketika aku membaca salah satu postingan Fans Page di situs jejaring social Facebook, aku tersentak kagum pada posting tersebut yang isinya mengisahkan bagaimana harmonisasi cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra yang tidak pernah disentuh oleh kesalahpahaman dalam mengapresiasikan cinta. Sucinya cinta mereka membuatku iri dan ingin menjadikan kisah hidupku dalam perkara cinta layaknya cinta yang dikisahkan mereka. Merasa tertarik, aku iseng-iseng meng-copas (copy-paste) posting tersebut dan ku update dalam status Facebook-ku, barangkali bisa menginspirasi teman-teman Facebook-ku yang lain ketika membaca status ini, dalam benakku berkata.

Wooww… ternyata status yang ku update itu memberikan banyak sumbangan jempol (like) pembacanya. Tak lama room chat Facebook-ku didatangi tamu tak diundang, yang sedikit mengusik aktivitasku di sana. (Siapakah dia?) Ya, sebut saja dia Si Ikhwan (bukan nama sebenarnya), seorang Ikhwan  yang suk lembut tutur katanya, yang fahim agamanya dan yang smart intelektualnya (-awalnya yang aku tau). Dia adalah seorang siswa SMA ABC,sedang duduk di kelas XII jurusan IPA di salah satu sekolah di Magelang. Awalnya tak banyak bicara, namun intensitas komunikasi yang tak jarang di Facebook yang pada akhirnya membuat aku dan dia akrab juga. Lama-lama ko’ ada yang aneh ya kalau enggak’ komunikasi sama Ikhwan tersebut, walaupun yang dibicarakan adalah perkara-perkara urgensi seperti keagamaan dan seputar fakta kehidupan baik jasmani maupun ruhiyah. Tak menutup kenyataan hingga pada akhirnya aktivitas chatting dan saling bertukar postingan di Facebook semakin meningkat. Mulai dari memberikanku ucapan selamat dan motivasi karena telah diterimanya aku di salah satu lembaga kesehatan, sampai pada malam hari kelahiranku tiba, Ikhwan tersebut memberikanku banyak kejutan lewat puisi-puisi yang di posting dalam wall Facebook-ku hingga kata-kata yang dituturkannya dalam room chat yang berisi “Dik, Maukah adik menjadi istri kakak dunia dan akhirat”. Byuurr…. rasanya hati seperti disiram madu, manis rasanya. Ikhwan menawarkan diri untuk berta’aruf denganku dan berprinsip sebagai seseorang yang anti-pacaran. Seketika aku teringat pada kisah Ali dan Fatimah yang menginspirasiku untuk mengikuti jejak cinta mereka, mungkin ta’aruf adalah solusinya. Malam itu hanya rasa haru yang menyelimuti hati di malam miladku yang ke-17. Mungkin masih tergolong labil untuk belia sepertiku yang baru saja menginjakkan kaki di usia ke-17, apalagi ingin mengarungi hari ke dalam prosesi ta’aruf yang diharapkan akan berujung ke jenjang pernikahan. Saat itu aku tak banyak bicara, dan hanya mengiyakan apa yang dikatakan Sang Ikhwan saat berlangsungnya komunikasi di Facebook.

Sepertiga malam lepas dari obrolan tersebut, aku munajatkan segala isi hati yang menumpuk dalam benakku, istikharah cinta hampir ku lakukan setiap hari untuk memohon kepada-Nya agar jalan ta’aruf ini berjalan sebagaimana yang diinginkan aku dan Ikhwan tersebut. Hem… hari-hariku rasanya semakin sering dihabiskan berkomunikasi dengan Sang Ikhwan walau hanya di Facebook. Beberapa bulan berlalu, akhirnya Ikhwan memintaku agar dia bisa menghubungiku lewat telepon berkenaan dengan masalah urgensi yang terjadi dalam hubungan antara aku dan dia. Jelas pada akhirnya kami berdua bukan saja berkomunikasi lewat jejaring social Facebook tapi juga lewat telepon. Setiap hari Facebook dan telepon selularku dipenuhi dengan kehadiran Sang Ikhwan (ya… yang seperti ini sepertinya bukan lagi disebut ta’aruf) -tapi kala itu yang menguasai hati dan pikiranku adalah tentang dia dan keinginanku untuk menikah.

Melihat hari-hariku yang dipenuhi dengan komunikasi bersama Sang Ikhwan di telepon selular, Ibu, Ayah dan Saudara-saudaraku gerah juga, dan mencoba mencari informasi tentang Ikhwan tersebut, juga sejauh apa hubunganku dengan dia. Aku jelaskan kepada kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku mengenai keseriusannya padaku, walau tak sedetik pun aku dan Sang ikhwan tersebut pernah mengenal atau bertemu dalam dunia nyata. Zlep, serentak mereka terkejut dengan apa yang ku katakan, mungkin yang ada dalam benak mereka adalah kekhawatiran dan kewas-wasan yang saat itu juga tergambarkan di paparan raut wajah mereka, aku adalah gadis yang masih sangat belia, labil dan belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk diriku sendiri, mana mungkin aku bisa mengarungi bahtera rumah tangga yang jelas pasti banyak tantangan di dalamnya. Begitu sekiranya pikiran mereka terhadapku saat itu. Tapi aku mencoba untuk meredam kekhawatiran mereka dengan pemikiranku yang hanya tertuju pada keberlangsungan hubunganku dan Ikhwan. Alhasil mereka tetap tidak menyetujui hubungan ini. Berbagai cara mereka lakukan untuk meyakinkanku bahwa jalan yang ku ambil bersama Ikhwan adalah sebuah kekeliruan, nampaknya seperti terhipnotis oleh segala kelebihan Ikhwan dari segi agama, intelektual dan social, mati-matian aku membela Sang Ikhwan di depan keluargaku sendiri. Jelas mereka jadi sangat memusuhiku, gelar sebagai “Anak Pembangkang” juga telah dinobatkannya padaku. Sedih rasanya melihat perlakuan keluarga sendiri terhadapku hingga aku putuskan untuk menceritakan hal ini kepada Sang Ikhwan. Aku jelaskan kepada dia apa yang selama ini terjadi antara aku dan keluarga. Sang Ikhwan mencoba menjadi pendengar yang baik bagi hatiku dan menenangkan aku yang dilanda isak tangis kala itu. Entah apa yang telah dia rasuki ke dalam pikiranku, segala dan apa yang dia katakan nampaknya tak sedikit pun aku elakkan, selalu aku percaya apa-apa yang dia katakan dan yang diceritakannya kepadaku. Apa yang dia katakan selalu aku anggap benar, sehingga aku relakan memperjuangkan Sang Ikhwan di hadapan keluarga.

Suatu saat kedua orang tuaku memintaku agar Sang Ikhwan menemui mereka, menjelaskan apa yang terjadi antara aku dan Sang Ikhwan. “Jika Dia memang serius kepadamu, Bawalah Ikhwan tersebut menghadap Ayah dan Ibu” begitu kata mereka. Tak banyak kata, aku menyampaikan pesan Ibu dan Ayah kepada Ikhwan. Tanpa ambil pusing Sang Ikhwan mengiyakan undangan kedua orang tuaku dan berjanji akan menemui mereka. Aku sedikit tenang. Alhamdulillah, semoga pertemuan nanti akan membuka pintu hati keluargaku yang selama ini tertutup untuk kehadiran Sang Ikhwan, demikian hatiku berkata.

Hari berganti hari, janji hanya sekedar janji. Janjinya untuk menemui keluargaku selalu diundur-undur dengan alasan masih banyak pekerjaan yang harus dia urus dan selesaikan, sementara keluarga sudah berkali-kali menagih janji kepadaku. Aku bingung sendiri bagaimana menghadapi kondisi emergency ini. Suatu saat, ketika aku tengah menjalani aktivitas pekerjaanku sebagai tenaga kesehatan di lembaga tempat aku bekerja, seorang laki-laki dengan atasan berlapis jaket hitam dan celana hitam mendatangiku, awalnya aku kira hanya pasien biasa atau pelanggan yang ingin membeli obat, namun laki-laki itu melontarkan banyak pertanyaan seputar kesehatan kepadaku, ku jawab seperlunya dan tidak ingin banyak bicara. Pembicaraan selesai, laki-laki itu menyodorkan sebuah kitab bahasa Arab kepadaku, dan menjelaskan bahwa dia adalah seseorang yang diberikan kepercayaan dari Ikhwan untuk menyampaikan amanat berupa kitab bahasa Arab tersebut kepadaku. Dengan rasa terkejut dan keheranan hatiku bertanya-tanya “mengapa Ikhwan tersebut menyuruh laki-laki itu yang mengantarkan kitab ini?” Tanpa ambil pusing aku menerima kitab itu, dan laki-laki itupun segera pergi. Sampai di rumah, aku menceritakan kejadian tadi kepada keluarga, keluargaku terkejut dan berfikir sama dengan apa yang ku pikirkan, mengapa tak Ikhwannya langsung yang mengantarkan kitab itu kepadaku.

Beberapa hari setelah kejadian berlangsung, Sang Ikhwan mengirimkanku sebuah pesan singkat, segera ku buka inbox yang masuk di telepon selularku. “Aku dalam perjalanan menuju rumahmu, Malam ini aku akan datang memenuhi undangan orang tuamu”. Aku terdiam membaca pesan singkat ini, tak ada yang bisa menggambarkan perasaanku saat itu dan tanpa berfikir panjang aku kabarkan berita ini kepada orang tuaku. Aku hanya berharap pertemuan orang tuaku dan dia nanti akan membuka hati keluarga untuk kehadiran Ikhwan serta keberlangsungan hubungan ini, walaupun pertemuan ini telah ditunda-tunda sepihak selama beberapa bulan oleh Si Ikhwan. Tak lama seorang laki-laki berkostumkan kemeja kotak-kotak berlapiskan jaket hitam, bersarung hijau, mengenakan peci, ransel yang menggantung di punggungnya dan sebuah buku yang selalu menempel di tangannya ke manapun dia pergi yang merupakan ciri khas laki-laki tersebut tengah bertamu ke rumahku. Salah satu keluarga mempersilakannya duduk dan menunggu. Aku yang masih di dalam rumah mencoba melihat di balik jendela kamarku dan memastikan siapa orang yang tengah bertamu itu. Ku intip sedikit dan… Huuzsshhh, “bukankah yang seharusnya menemuiku adalah Ikhwan yang selama ini tergambar di pikiranku, tapi kenapa laki-laki ini lagi yang datang menemuiku? “Laki-laki yang tempo lalu mengantarkan sebuah kitab titipan Ikhwan kepadaku. Aku memanggil ayah dan menginterupsikan untuk menemui laki-laki itu. Ayah segera menemuinya sementara aku lebih memilih untuk mendengarkan pembicaraan mereka dari dalam. Selang beberapa menit pembicaraan mereka berlangsung, kakakku yang ada di dalam bersamaku, menyuruhku untuk menemui laki-laki itu bersama Ayah yang terlebih dahulu menemuinya. Terpaksa aku keluar juga, aku duduk di samping ayah dan mendengarkan pembicaraan mereka. Setelah mendengar jawaban dan penjelasan laki-laki itu atas pertanyaan ayah, serasa kepala mau pecah, kesal bercampur malu menjadi satu. Diam dan berusaha tenang yang hanya bisa ku lakukan saat itu. Kesimpulan dari jawaban laki-laki itu dan apa yang dijelaskannya kepadaku dan ayah adalah sebenarnya dialah Ikhwan yang selama ini menjalin hubungan denganku, bahwa dia bukanlah apa yang selama ini diceritakannya kepadaku, bahkan identitas sang Ikhwan yang selama ini aku tahu bukanlah identitas yang sebenarnya, identitas keluarganya yang diceritakan selama ini kepadaku bukanlah identitas yang sesungguhnya, bahkan beberapa cerita tentang aktivitasnya sehari-hari adalah bentuk rekayasa yang dibuatnya juga, foto-foto yang terlampir di belantara facebooknya adalah foto hasil smart-editing yang menjadikan gambar dirinya dalam foto tersebut sangat berbeda jauh lebih bagus dengan tampak aslinya. Dengan gamblangnya dia menjelaskan satu hal di hadapan aku dan ayah, bahwa awalnya dia hanya menjadikanku bahan eksperimen dan penelitian cintanya, namun tak menutup kenyataan bahwa pada akhirnya Sang Ikhwan juga terperangkap dalam permainan cintanya sendiri. Dia mencintaiku, dan berharap bisa melanjutkan hubungan denganku.

Mengetahui hal itu, keluargaku merasa terhina dengan apa yang dilakukannya padaku, tanpa kompromi lagi sudah jelas keluargaku tak sedikit pun merestui hubungan yang ku jalani bersamanya. Sembari menutup kekesalan, kekecewaan dan rasa malu-ku kepada orang tua dan keluarga besarku yang sebelumnya sudah mendengar kabar angin bahwa aku akan segera menikah, aku mencoba menghubungi Sang Ikhwan dan meminta penjelasan yang lebih luas tentang apa yang selama ini dia lakukan kepadaku, dengan menampilkan sikap baik seperti saat sebelum ku bertemu dengan dia, yang mencintai dia dan menghargai setiap apa yang dia katakan kepadaku. Dan ternyata penjelasan yang sama seperti yang dijelaskannya waktu dia ke rumahku yang aku dapatkan dari mulutnya lewat telepon. Ahh… aku tak percaya, seperti mimpi rasanya. Aku termenung dalam kekecewaanku, hari-hari ku lewati dengan penuh kebimbangan, dan rasa sakit yang mendera jiwa, ingin meninggalkan kisah kelam ini namun aku menyadari bahwa sedikit aku mencintainya namun banyak kenangan yang telah aku lalui bersamanya, aku telah terbiasa berkomunikasi dan aneh dirasa jika sehari saja tak mendengar suaranya dia pun merasakan hal yang demikian, dia sangat mencintaiku, cinta pertamanya adalah aku dan berharap kelak aku bisa menjadi istri baginya. Namun melihat situasi dan kondisi keluargaku yang tak lagi sedikit pun memberi restu, rasanya tidak mungkin hubungan ini bisa dilanjutkan, Sang Ikhwan-pun penuh kebimbangan, di satu sisi dia sangat mencintai aku dan ingin mempertahankan hubungan yang telah berlangsung ini, tapi di sisi lain restu dari keluargaku sudah tak mungkin lagi didapatkan akibat ulahnya sendiri. Sementara, aku rapuh di atas kekecewaan terhadap apa yang telah dilakukannya padaku selama ini, pikiranku semakin kacau tidak karuan, suka merenung dan menangis seketika. Di tengah ketermenungan, aku mencoba menghibur diri dan log in ke Facebook-ku, barangkali banyak postingan yang bisa memotivasi diriku yang sedang dalam keterpurukan, ku buka dan ku dapatkan Message dari seorang Akhwat yang sedikit banyak memberikan motivasi dan banyak pelajaran berharga.

“Assalamu’alaikum Ukhti…”


Bagaimana kabar imanmu hari ini? Semoga hatimu masih dalam tuntunan dan Rahmat-Nya.
Ukht… Jika kamu selalu murung dan menyesali apa yang tengah melandamu saat ini, mungkinkah kamu bisa saja disebut sebagai hamba-Nya yang kurang bersyukur???
Ukhti… engkau adalah gadis belia yang cantik dan manis, keinginanmu untuk menikah adalah atas izinnya, tapi satu hal yang selalu kita lupa ukht… apa yang menjadi Izin-Nya tak berarti menjadi Ridho-Nya. Jangan ukhti… jangan engkau selalu meratapi dan menyesali apa yang telah berlaku dalam hidupmu, Allah punya rencana indah di atas rencana. Apa yang kamu alami sudah menjadi Rencana-Nya, dan di atas Rencana-Nya, Allah mempunyai Rencana lain untukmu ukhti. Sadarilah bahwa Allah Subhaanahu wa ta’ala adalah sebaik-baiknya Dzat Perencana.



“Dan berencanalah kalian, Allah membuat rencana. Dan Allah sebaik-baik perencana.” (Ali Imran: 54)


Cinta memang terkadang membuat kita lupa akan Kebesaran-Nya, taukah kau ukhti…
Cinta yang Hakiki adalah cinta karena-Nya, jika cinta dalam hatimu datang semata-mata karena-Nya, engkau pun harus ikhlas meninggalkan cinta semata-mata karena-Nya. Cinta yang suci itu cinta yang tak pernah tersentuh oleh “cinta” sebelum cinta itu menjadi kehalalan bagi penikmatnya, sekalipun cinta itu hanya ada dalam kata-kata. Bisa jadi apa yang engkau alami saat ini adalah sebuah teguran sebagai bentuk rasa Cinta-Nya terhadapmu Ukhti. Mungkin selama ini engkau lupa bahwa apa yang kau jalani bersama seseorang yang engkau kagumi bukanlah sebuah tindakan yang di-Ridhai-Nya. Dan Allah sedang memberikan Petunjuk-Nya kepadamu… “Maka Allah menyesatkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki… (QS. Ibrahim: 4)



Ukhti mungkin engkau akan bertanya-tanya atas ujian yang melanda hatimu saat ini. Kenapa engkau diuji?? Allah telah menjawab dalam Al-Qur’an ukht: “Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang yang benar dan, sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” – (QS. Al-Ankabut ayat 2-3)

Dan jika engkau bertanya: Mengapa aku tak dapat apa yang aku idam-idamkan?

Allah juga telah menjawab dalam Al-Qur’an: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” – (QS Al-Baqarah ayat 216)

Sungguh Maha Benar Allah atas segala Firman-Nya. Bersyukurlah ukhti, karena itu kunci pembuka Rahmat-Nya, Allah sedang mengetuk hatimu, lihatlah bagaimana Allah sangat mencintaimu ukht, Allah sedang memanggilmu untuk segera kembali ke jalan yang di-Ridhai-Nya.

Ukhti… sungguh aku mencintaimu karena Allah…

Aku menorehkan pesan ini kepadamu karena Allah

Aku melihat keberadaanmu karena Allah…

Dan kita dipertemukan karena Allah, Insya Allah…

“Wassalamu’alaiki yaa Ukhti”

Tersentak air mataku bercucuran dan hatiku luluh dalam tangisan, haru dan bahagia yang kurasa saat itu, membaca inboxnya hatiku seperti ditiupkan nyawa kembali. Ya… dia adalah rekan kerjaku, seorang akhwat yang lemah lembut, pintar, sopan, berjilbab lebar, dan setiap apa yang dikatakannya mampu menenangkan hati pendengarnya, sungguh beliau salah satu cerminan Akhwat sejati. Memang, sejak awal lingkungan tempat kerjaku adalah tempat yang mampu memberikanku banyak hikmah di dalamnya, mulai dari aku yang belajar memperbaiki pakaianku, yang biasanya jilbab setengah-setengah mulai ku labuhkan jilbab lebar, itulah jilbab syar’i, kemudian aku yang mulai menyadari urgensi tarbiyah bagi muslimah sampai pada ukhuwah islamiyah yang mendarah daging. Subhaanallaah. Serasa, Aku ingin mencintainya karena Allah, dan aku ingin seperti dia karena Allah. Aku bangkit dan aku harus berubah, semangatku membara. Pada hari itu juga ku putuskan untuk tidak melanjutkan hubungan terlarang dengan Ikhwan tersebut yang telah berlangsung kurang lebih 6 bulan lamanya, ku hubungi kembali Sang Ikhwan dan ku katakana padanya bahwa aku ingin mengakhiri hubungan terlarang ini. Marah, kesal, dan emosi bercampur kata-kata kasar yang justru Ikhwan itu lontarkan kepadaku, hinaan bahkan cacian si Ikhwan ditimpa padaku saat aku memutuskan hubungan terlarang itu. Ya… sepertinya dia belum bisa menerima keputusananku, jiwanya tak terkontrol sementara marah menjadi raja atas dirinya ketika aku memutuskannya, semua aku lakukan karena aku baru menyadari bahwa hubungan yang selama ini aku jalani bukanlah cinta layaknya serial cinta Ali dan Fathimah, apa yang ku jalani bukanlah kesucian cinta yang menjadi fitrah dari Allah Ta’ala, justru kecelakaan cinta namanya. Sakit memang sakit mendengar kata-kata kasar yang keluar dari mulut Sang Ikhwan, namun jiwaku mungkin akan lebih sakit jika masih ku jalani hubungan terlarang itu dengannya. Hanya bait-bait doa mengharap ampunan-Nya yang mampu ku tuturkan kala kegoncangan jiwa itu melanda “Yaa Rabb, Cinta yang datang semata-mata karena-Mu, cinta itu juga akan pergi semata-mata karena-Mu, maka berikanlah aku keikhlasan dalam menerima datang dan perginya cinta yang Engkau fitrahkan pada setiap diri manusia. Dan sisi-kan-lah aku dalam penjagaan-Mu siang maupun malam ketika cinta itu datang dan pergi seketika. Hanya kepada-Mu aku berserah diri yaa Rabb…


Kami Ucapkan Selamat Pak Hatta


JAKARTA– Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa meraih gelar doktor honoris causa (HC) bidang ekonomi dari Universitas Ekonomi di Bratislava, Slovakia. 

Gelar ini mempertegas pengakuan dunia terhadap kapasitas keilmuan Menteri Ko-ordinator Bidang Perekonomian tersebut.Sidang senat terbuka pemberian gelar kehormatan dari universitas di ibu kota Slovakia tersebut rencananya digelar Maret ini,menyesuaikan dengan jadwal Hatta dan kegiatan akademik Universitas Bratislava.

LulusanTeknik Perminyakan ITB ini rencananya juga akan memberikan orasi ilmiah. Ketua DPP PAN Didik Junaidi Rachbini mengatakan,dalam hal keilmuan, kiprah Hatta Rajasa tidak diragukan lagi.Tak heran bila pria yang pernah aktif di Pelajar Islam Indonesia (PII) ini menerima beberapa gelar doktor HC sebagai pengakuan akan kapasitasnya.

”Bang Hatta tergolong sosok yang sudah kenyang asam garam keilmuan maupun pengalaman. Dari banyak capres yang bermunculan, beliau memiliki keunggulan dalam pengalaman baik di pemerintahan maupun dalam berpolitik,”ujar Didik di Jakarta,kemarin.

Ketua Umum Penegak Amanat Reformasi Rakyat (Parra) Rusli Halim Fadli menambahkan, gelar doktor HC dari luar negeri bagi tokoh nasional tergolong sangat langka.Dibanding tokoh parpol lain yang ada saat ini, kata dia, Hatta termasuk salah satu figur yang bisa diandalkan karena mampu menjaga keseimbangan antara pendalaman teori dengan praktik terapannya di lapangan.

”Penghargaan Doktor HC Universitas Ekonomi Bratislava ini tidak main-main.Gelar ini menjadi tolak ukur bagaimana masyarakat internasional mengakui kemampuan Hatta Rajasa dari sudut pandang keilmuan. Lebih dari itu Hatta Rajasa juga dikenal taat beragama,”ungkapnya.

Dia menjelaskan,Hatta Rajasa tipikal konseptor yang juga aktif terjun ke lapangan. Ketika Hatta mengemban tugas sebagai menko perekonomian, banyak renegoisasi kontrak-kontrak asing telah dilakukan. Bahkan terbukti tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat tinggi dan nomor dua setelah China.Nilai tukar rupiah pun stabil bahkan pendapatan per kapita masyarakat paling tinggi dalam sejarah Republik ini. (S4U)

Galeri Seminar Kasih Sayang











 

Demi Masa

Pengunjung

Sub Regional Board of Indonesian Moslem Student's Association KABUPATEN MAGELANG. Diberdayakan oleh Blogger.

JANGAN LUPA ISI BUKU TAMU